KONSEP DASAR PENYAKIT FRAKTUR COSTAE
A.
PENGERTIAN
Fraktur costae adalah patah tulang costae akibat trauma pada
thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul.
(Hudak, 1999). Di dalam tulang costae terdapat dua organ yang sangat vital bagi
kehidupan manusia, yaitu paru-paru dan jantung. Paru-paru sebagai alat
pernapasan dan jantung sebagai alat pemompa darah. Jika terjadi benturan atau
trauma pada dada, kedua organ tersebut bisa mengalami gangguan atau bahkan
kerusakan.
Fraktur pada iga
(costae) adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang / tulang rawan yang
disebabkan oleh ruda paksa pada spesifikasi lokasi pada tulang costa. Trauma
tajam lebih jarang mengakibatkan fraktur iga, oleh karena luas permukaan trauma
yang sempit, sehingga gaya trauma dapat melalui sela iga. Fraktur iga terutama
pada iga IV-X (mayoritas terkena). Perlu diperiksa adanya kerusakan pada
organ-organ intra-toraks dan intra abdomen.
Kecurigaan adanya
kerusakan organ intra abdomen (hepar atau spleen) bila terdapat fraktur pada
iga VIII-XII. Kecurigaan adanya trauma traktus neurovaskular utama ekstremitas
atas dan kepala (pleksus brakhialis, subklavia),bila terdapat fraktur pada iga
I-III atau fraktur klavikula.
B.
EPIDEMIOLOGI
Setiap tahun di Amerika
Serikat, lebih dari 300.000 pasien dirawat dan 25.000 diantaranya meninggal
sebagai akibat langsung dari fraktor costae. Trauma toraks terhitung 25% dari
seluruh kematian karena trauma terutamanya trauma toraks yang merupakan salah
satu faktor dari 50% kecelakaan lalu lintas yang berakibat fatal. Trauma toraks
yang paling sering dijumpai di masyarakat adalah trauma tumpul toraks (90%)
yang biasanya merupakan akibat dari kecelakaan sepeda motor.
Fraktur costae adalah penyebab kematian utama pada anak dan
orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah
menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang
disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
C. ETIOLOGI
Mekanisme kecelakaan
a. Kecelakaan kendaraan bermotor
b. Tertembak pada daerah dada
c. Tertusuk pada daerah dada
D. MANIFESTASI KLINIS
1) Tamponade jantung yaitu trauma tajam didaerah perikardium atau
yang diperkirakan menembus jantung.
a. Gelisah.
b. Pucat,
keringat dingin.
c. Peninggian
TVJ (tekanan vena jugularis).
d. Pekak
jantung melebar.
e. Bunyi
jantung melemah.
f. Terdapat
tanda-tanda paradoxical pulse pressure.
g. ECG
terdapat low voltage seluruh lead.
h. Perikardiosentesis
keluar darah (FKUI, 1995).
2)
Hematotoraks :
a) Pada
WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD.
b) Gangguan
pernapasan (FKUI, 1995).
3) Pneumothoraks :
a) Nyeri
dada mendadak dan sesak napas.
b) Gagal
pernapasan dengan sianosis.
c) Kolaps
sirkulasi.
d) Dada
atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang
terdengar jauh atau tidak terdengar sama
sekali pada auskultasi terdengar bunyi klik (Ovedoff, 2002).
e) Jarang
terdapat luka rongga dada, walaupun terdapat luka internal hebat seperti aorta
yang ruptur. Luka tikaman dapat penetrasi melewati diafragma dan menimbulkan
luka intra-abdominal (Mowschenson, 1990).
E. KLASIFIKASI
Penampilkan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk
alasan yang praktis, dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
a. Berdasarkan
sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
1).
Faktur Tertutup
(Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar,
disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
2).
Fraktur Terbuka
(Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
b. Berdasarkan
komplit atau ketidakklomplitan fraktur.
1). Fraktur Komplit, bila garis patah
melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang.
2). Fraktru Inkomplit, bila garis patah
tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:
a) Hair Line Fraktur
b) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi
lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya.
c) Green Stick Fraktur, mengenai satu
korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang.
c. Berdasarkan
bentuk garis patah dan hubbungannya dengan mekanisme trauma.
1). Fraktur Transversal: fraktur yang
arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau
langsung.
2). Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis
patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat trauma
angulasi juga.
3). Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis
patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.
4). Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi
karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.
5). Fraktur Avulsi: fraktur yang
diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang.
d. Berdasarkan jumlah garis patah.
1) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis
patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis
patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
pada tulang yang sama.
e. Berdasarkan
pergeseran fragmen tulang.
1). Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap tetapi kedua
fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
2). Fraktur
Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut
lokasi fragmen, terbagi atas:
a) Dislokasi ad longitudinam cum
contractionum (pergeseran searah sumbu dan overlapping).
b) Dislokasi ad axim (pergeseran yang
membentuk sudut).
c) Dislokasi ad latus (pergeseran
dimana kedua fragmen saling menjauh).
f. Berdasarkan posisi frakur
Sebatang tulang terbagi menjadi tiga
bagian :
1. 1/3 proksimal
2. 1/3 medial
3. 1/3 distal
g. Fraktur
Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.
Pada fraktur tertutup ada klasifikasi
tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
a. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit
atau tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya.
b. Tingkat 1: fraktur dengan abrasi
dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
c. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat
dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan pembengkakan.
d. Tingkat 3: cedera berat dengan
kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan ancaman sindroma kompartement.
E. KLASIFIKASI FRAKTUR IGA
Fraktur costa
atas (1-3) dan fraktur Skapula
1. Akibat dari tenaga yang besar
2. meningkatnya resiko trauma kepala
dan leher, spinal cord, paru, pembuluh darah besar
3. mortalitas sampai 35%
Fraktur Costae tengah (4-9) :
1. Peningkatan
signifikansi jika multiple. Fraktur kosta simple tanpa komplikasi dapat
ditangani pada rawat jalan.
2.
MRS jika pada observasi :
a.
Penderita dispneu
b.
Mengeluh nyeri
yang tidak dapat dihilangkan
c.
Penderita berusia tua
d.
Memiliki preexisting lung function yang buruk.
Fraktur Costae
bawah (10-12) :
Terkait dengan resiko injury pada hepar dan spleen
Catatan : insersi chest tube sebagai profilaksis harus dilakukan pada semua px trauma
yang diintubasi pada adanya fraktur kostae. Associated injuries sering terlewatkan meliputi
:kontusio kardiak, rupture diafragmatik dan injury esophageal.
F.
PENATALAKSANAAN
1. Prinsip-prinsip
penatalaksanaan trauma dada antara lain:
a)
Penatalaksanaan mengikuti prinsip penatalaksanaan
pasien trauma secara umum (primary survey - secondary survey)
b)
Standar pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa
dilakukan bila pasien stabil), adalah : portable x-ray, portable blood
examination, portable bronchoscope. Tidak dibenarkan melakukan pemeriksaan
dengan memindahkan pasien dari ruang emergency.
c)
Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis
akan tetapi terutama untuk menemukan masalah yang mengancam nyawa dan melakukan
tindakan penyelamatan nyawa.
d)
Pengambilan anamnesis (riwayat) dan pemeriksaan
fisik dilakukan bersamaan atau setelah melakukan prosedur penanganan trauma.
e)
Penanganan pasien trauma toraks sebaiknya dilakukan
oleh Tim yang telah memiliki sertifikasi pelatihan ATLS (Advance Trauma Life
Support).
f)
Oleh karena langkah-langkah awal dalam primary
survey (airway, breathing, circulation) merupakan bidang keahlian spesialistik
Ilmu Bedah Toraks Kardiovaskular, sebaiknya setiap RS yang memiliki trauma
unit/center memiliki konsultan bedah toraks kardiovaskular.
2. Primary Survey
Airway
Assesment
-
Perhatikan patensi airway
-
Dengar suara napas
-
Perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan
gerakan dinding dada
Management
-
Inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh,
lakukan chin-lift dan jaw thrust, hilangkan benda yang menghalangi jalan napas
-
Reposisi kepala, pasang collar-neck
-
Lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau
intubasi (oral/nasal)
Breathing
Assesment
-
Periksa frekwensi napas
-
Perhatikan gerakan respirasi
-
Palpasi toraks
-
Auskultasi dan dengarkan bunyi napas
Management
-
Lakukan bantuan ventilasi bila perlu
-
Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension
pneumotoraks, open pneumotoraks, hemotoraks, flail chest
Circulation
Assesment
-
Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi
-
Periksa tekanan darah
-
Pemeriksaan pulse oxymetri
-
Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)
Management
- Resusitasi cairan dengan
memasang 2 iv lines
- Torakotomi emergency bila
diperlukan
- Operasi Eksplorasi vaskular
emergency
3. Penatalaksanaan Medis
1) Konservatif
a. Pemberian analgetik
b. Pemasangan plak/plester
c. Jika perlu antibiotika
d. Fisiotherapy
2) Operatif/invasif
a. Pamasangan Water Seal Drainage (WSD).
b. Pemasangan alat bantu nafas.
c. Pemasangan drain.
d. Aspirasi (thoracosintesis).
e. Operasi (bedah thoraxis)
f. Tindakan untuk menstabilkan dada:
1) Miring pasien pada daerah yang terkena.
2) Gunakan bantal pasien pada dada yang terkena
g. Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirai
akhir positif, didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
1) Gejala contusio paru
2) Syok atau cedera kepala berat.
3) Fraktur delapan atau lebih tulang iga.
4) Umur diatas 65 tahun.
5) Riwayat penyakit paru-paru kronis.
h. Pasang selang dada dihubungkan dengan WSD, bila
tension Pneumothorak mengancam.
i. Oksigen tambahan.
G. KOMPLIKASI
a. Surgical
Emfisema Subcutis
Kerusakan pada paru dan pleura oleh
ujung patahan iga yang tajam memungkinkan keluarnya udara ke dalam cavitas
pleura dari jaringan dinding dada, paru.
Tanda-tanda khas: penmbengkakan kaki,
krepitasi.
b. Cedera Vaskuler
Di antaranya adalah cedera pada
perikardium dapat membuat kantong tertutup sehingga menyulitkan jantung untuk
mengembang dan menampung darah vena yang kembali. Pembulu vena leher akan
mengembung dan denyut nadi cepat serta lemah yang akhirnya membawa kematian
akibat penekanan pada jantung.
c. Pleura
Effusion
Adanya udara, cairan, darah dalam kavum
pleura, sama dengan efusi pleura yaitu sesak nafas pada waktu bergerak atau
istirahat tetapi nyeri dada lebih mencolok. Bila kejadian mendadak maka pasien
akan syok.
Akibat adanya cairan udara dan darah
yang berlebihan dalam rongga pleura maka terjadi tanda – tanda :
1) Dypsnea sewaktu bergerak/ kalau
efusinya luas pada waktu istirahatpun bisa terjadi dypsnea.
2) Sedikit nyeri
pada dada ketika bernafas.
3) Gerakan pada
sisi yang sakit sedikit berkurang.
4) Dapat terjadi
pyrexia (peningkatan suhu badan di atas normal).
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR COSTAE
A. PENGKAJIAN
Tgl/ Jam : 1-1-2013 No.
RM :124546473
Triage : P1/ P2/ P3 Diagnosis
Medis :Fraktur Costae
Transportasi : Ambulan
|
|
Identitas
|
Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki- laki
Umur : 21 tahun Alamat : Badung
Agama : Hindu Status Perkawinan : Belum kawin
Pendidikan : S1 Sumber
Informasi : Tn. B
Pekerjaan : Mahasiswa Hubungan : Teman
Suku/Bangsa : Bali Keluhan Utama : Sesak
|
AIRWAY
|
Jalan Nafas : ¨ Paten √Tidak Paten
Obstruksi : ¨ Lidah ¨ Cairan ¨ Benda Asing ¨ Tidak Ada
¨ Muntahan √ Darah ¨Oedema
Suara Nafas : ¨Snoring √Gurgling ¨Stridor ¨Tidak ada
Keluhan
Lain: ... ...
|
Masalah Keperawatan:
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
|
|
BREATHING
|
Nafas : √ Spontan ¨ Tidak
Spontan
Gerakan
dinding dada: ¨Simetris √ Asimetris
Irama Nafas : √ Cepat ¨ Dangkal ¨ Normal
Pola Nafas : ¨ Teratur √ Tidak Teratur
Jenis : √ Dispnoe ¨ Kusmaul ¨ Cyene Stoke ¨ Lain… …
Suara Nafas : ¨
Vesikuler ¨ Stidor ¨ Wheezing ¨ Ronchi
Sesak Nafas : √ Ada ¨ Tidak Ada
Cuping
hidung √ Ada ¨ Tidak Ada
Retraksi otot
bantu nafas : √ Ada ¨ Tidak Ada
Pernafasan : ¨ Pernafasan
Dada ¨ Pernafasan
Perut
RR : 32 x/mnt
Keluhan Lain: … …
|
Masalah Keperawatan:
Ketidakefektifan Pola Napas
|
|
CIRCULATION
|
Nadi :
√ Teraba ¨ Tidak teraba
¨ N: 120x/mnt
Tekanan Darah :90/60mmHg
Pucat : √ Ya ¨ Tidak
Sianosis : ¨ Ya ¨ Tidak
CRT : √ < 2 detik
¨> 2 detik
Akral : ¨ Hangat √ Dingin ¨ S: 37,5C
Pendarahan : √ Ya, Lokasi: ... ... Jumlah ... ...cc ¨ Tidak ada
Turgor : ¨ Elastis √ Lambat
Diaphoresis: ¨Ya √Tidak
Riwayat Kehilangan cairan berlebihan: ¨ Diare ¨ Muntah ¨ Luka bakar
Keluhan Lain: Terdapat Jejas pada abdomen
|
Masalah Keperawatan:
Risiko Syok
|
|
DISABILITY
|
Kesadaran: ¨
Composmentis ¨
Delirium √ Somnolen ¨ Apatis ¨ Koma
GCS :
¨ Eye2 ¨ Verbal 4 ¨ Motorik 5
Pupil : √ Isokor ¨
Unisokor ¨
Pinpoint ¨ Medriasis
Refleks Cahaya: ¨ Ada ¨ Tidak Ada
Refleks fisiologis: ¨ Patela (+/-)
¨ Lain-lain …
…
Refleks patologis : ¨ Babinzky
(+/-) ¨Kernig
(+/-) ¨ Lain-lain
... ..
Kekuatan Otot :
Keluhan Lain : … …
|
Masalah keperawatan:
PK: Penurunan Kesadaran
|
|
EXPOSURE
|
Deformitas : √ Ya ¨ Tidak ¨ Lokasi
... ...
Contusio : √ Ya ¨ Tidak ¨ Lokasi
... ...
Abrasi : ¨ Ya √ Tidak ¨ Lokasi
... ...
Penetrasi : ¨ Ya √ Tidak ¨ Lokasi
... ...
Laserasi : ¨ Ya √ Tidak ¨ Lokasi
... ...
Edema : ¨ Ya √ Tidak ¨ Lokasi
... ...
Luka Bakar : ¨ Ya √ Tidak ¨ Lokasi ...
...
Grade
: ... ... %
Jika ada luka/ vulnus, kaji:
Luas Luka : ... ...
Warna dasar
luka: ... ...
Kedalaman : ... ...
Lain-lain :
... ...
|
Masalah Keperawatan:
|
|
FIVE INTERVENSI
|
Monitoring Jantung : ¨ Sinus
Bradikardi ¨ Sinus
Takikardi
Saturasi O2 : … …%
Kateter Urine : ¨ Ada ¨ Tidak
Pemasangan NGT : ¨ Ada, Warna
Cairan Lambung : ... ... ¨ Tidak
Pemeriksaan Laboratorium :
Lain-lain: ... ...
|
Masalah Keperawatan:
|
|
GIVE COMFORT
|
Nyeri : √ Ada ¨ Tidak
Problem : fraktur costae
Qualitas/ Quantitas : ... ...
Regio : ... ...
Skala :
7 dari 0-10
Timing : ... ...
Lain-lain : ... ...
|
Masalah Keperawatan: Nyeri Akut
|
|
(H 10 SAMPLE
|
Keluhan Utama
:
Mekanisme
Cedera (Trauma) :
Sign/ Tanda
Gejala :
Allergi :
Medication/ Pengobatan :
Past Medical
History :
Riwayat Penyakit sebelumnya
Last Oral
Intake/Makan terakhir :
Event leading
injury :
Peristiwa sebelum/awal cedera
|
(H2) HEAD TO TOE
|
(Fokus pemeriksaan pada daerah trauma/sesuai
kasus non trauma)
Kepala dan wajah :
Leher :
Dada :
Abdomen dan Pinggang :
Pelvis dan Perineum :
Ekstremitas :
teraba dingin
|
Masalah Keperawatan:
|
|
INSPEKSI
BACK/ POSTERIOR SURFACE
|
Jejas : ¨ Ada ¨ Tidak
Deformitas : ¨ Ada ¨ Tidak
Tenderness : ¨ Ada ¨ Tidak
Crepitasi : ¨ Ada ¨ Tidak
Laserasi : ¨ Ada ¨ Tidak
Lain-lain :
... ...
|
Masalah Keperawatan:
|
B.
C.
DIAGNOSA
1. Risiko
infeksi ditandai dengan berhubungan dengan trauma jaringan.
2. PK
Perdarahan
3. Penurunan
Curah Jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas ditandai dengan
takikardia, penurunan tekanan vena, dan distensi vena jugularis.
4. PK
Penurunan Kesadaran
5. Risiko
Jatuh berhubungan dengan penurunan status mental.
6. Ketidakefektifan
pola napas berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan perubahan
kedalaman pernapasan, dispnea, dan penggunaan otot aksesorius untuk bernapas.
7. Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas Berhubungan dengan penumpukan darah dalam saluran
pernafasan ditandai dengan suara nafas pasien gargling, RR pasien 32x/menit
8. Risiko
Syok berhubungan dengan hipotensi.
9. Nyeri
akut berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan pasien mengeluh
nyeri, skala nyeri pasien 7dari10, pasien terlihat meringis dan gelisah
D.
INTERVENSI
1)
Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas Berhubungan dengan materi asing di dalam jalan napas
ditandai dengan suara nafas pasien gargling, RR pasien 32x/menit
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama …x… jam diharapkan bersihan jalan nafas
klien kembali paten dengan kriteria hasil :
NOC Label 1 :
Respiratory status : Ventilation
a) RR
dalam retang normal
b) Irama
nafas normal
c) Kedalam
inspirasi normal
d) Tidak
terdapat penggunaan otot bantu pernafasan
e) Tidak
terdapat suara nafas tambahan
f) Tidak
terdapat retraksi dada
|
NIC Label 1:
Emergency Care
a) Perthankan
jalan nafas klien
b) Monitor
tanda-tanda vital klien
c) Monitor
tanda dan gejala adanya pneumothorax
NIC Label 2 :
Ventilation Assistance
a) Pertahankan
kepatenan jalan nafas
b) Memposisikan
untuk memfasilitasi ventilasi sesuai indikasi
c) Monitor
status respirasi dan oksigenasi
d) Berikan
resusitasi bila diperlukan
|
2) Syok
berhubungan dengan pasien hipotensi (TD = 90/60 mmHg)
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama …x… jam diharapkan resiko dapat di
minimalisir dengan kriteria hasil :
NOC Label 1 : Cardio
Pulmonary Satus
a) Takanan
Darah dalam batas normal
b) RR
dalam batas normal
c) Irama
nafas normal
d) Kedalaman
inspirasi normal
e) Tidak
ada retraksi normal
NOC Label 2 :
Circulation Status
a) CRT
dalam rentang normal (< 2 detik)
NOC Label 3 : Tissue Perfusion : Periferal
a) Suhu
kulit ekstremitas dalam rentang normal
|
NIC
Label 1 : Bleeding Reduction
a) Identifikasi
penyebab perdarahan
b) Monitoring
adanya perdarahan
c) Monitoring
status cairan, intake dan output cairan jika diperlukan
d) Pertahankan
Kepatenan aliran infuse
NIC
Label 2 : Bleeding Precaution
a) Monitoring
tanda dan gejala adanya perdarahan terus menerus
b) Monitoring
tanda vital ortostatik, meliputi TD
c) Anjurkan
pasien badrest selama perdarahan aktif
NIC
Label 3 : Syok Management
a) Monitoring
vital sign mental status dan pengeluaran urine
b) Berikan
cairan IV kristaloid jika diperlukan
c) Berikan
terapi oksigen dan atau ventilasi mekanik sesuai kebutuhan
d) Pertahankan
kepatenan aliran infuse
e) Monitoring
gejala dari gagal nafas
|
3)
Nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera fisik ditandai dengan pasien mengeluh nyeri, skala nyeri pasien 7dari10,
pasien terlihat meringis dan gelisah.
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama …x… jam diharapkan nyeri pasien teratasi
dengan criteria hasil:
NOC
Label 1: Discomfort Level
a. Nyeri
klien berkurang
b. Klien
tidak mengerang
NOC
Label 2: Pain Level
a. Pasien
melaporkan nyerinya berkurang dari skala 1 ke skala 3
b. RR
klien kembali normal
c. Tekanan
darah kembali normal
|
NIC
Label 1: Analgetic Administration
a. Menentukan
lokasi, karakteristik, kualitas, dan parahnya nyeri sebelum pengobatan.
b. Memeriksa
riwayat alergi obat.
c. Menentukan
jenis analgesic yang akan digunakan, sesuaikan dengan tipe dan perahnya
nyeri.
d. Lebih
memilih pemberian obat melalui IV daripada IM untuk obat injeksi, jika
memungkinkan.
e. Monitor
vital sign sebelum dan sesudah pemberian obat.
f. Dokumentasikan
respon terhadap analgetik dan efek yang tidak baik.
NIC
Label 2: Pain Management
a. Observasi
adanya keluhan non verbal akibat nyeri.
b. Evaluasi
riwayat terjadinya nyeri.
c. Kolaborasi
pemberian analgetik.
|
E.
EVALUASI
1)
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
Berhubungan dengan materi asing di dalam jalan napas ditandai dengan suara
nafas pasien gargling, RR pasien 32x/menit
NOC Label 1 : Respiratory status :
Ventilation
a) RR
dalam retang normal
b) Irama
nafas normal
c) Kedalam
inspirasi normal
d) Tidak
terdapat penggunaan otot bantu pernafasan
e) Tidak
terdapat suara nafas tambahan
f) Tidak
terdapat retraksi dada
2)
Nyeri Risiko Syok berhubungan dengan
pasien hipotensi (TD = 90/60 mmHg)
NOC Label 1 : Cardio Pulmonary
Satus
a) Takanan
Darah dalam batas normal
b) RR
dalam batas normal
c) Irama
nafas normal
d) Kedalaman
inspirasi normal
e) Tidak
ada retraksi normal
NOC
Label 2 : Circulation Status
a) CRT
dalam rentang normal (< 2 detik)
NOC Label 3 : Tissue Perfusion : Periferal
a) Suhu
kulit ekstremitas dalam rentang normal
3) Nyeri
akut berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan pasien mengeluh
nyeri, skala nyeri pasien 7dari10, pasien terlihat meringis dan gelisah
NOC Label 1: Discomfort Level
a. Nyeri
klien berkurang
b. Klien
tidak mengerang
NOC Label 2: Pain Level
a. Pasien
melaporkan nyerinya berkurang dari skala 1 ke skala 3
b. RR
klien kembali normal
c. Tekanan
darah kembali normal
DAFTAR
PUSTAKA
Brooker, Christine.
2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC :
Jakarta.
Dorland, W. A. Newman.
2002. Kamus Kedokteran. EGC :
Jakarta.
FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Binarupa Aksara :
Jakarta
Hopkins, Richard et
all. Chest Trauma. In Greenwich
Medical Media.London: Greenwich Medical Media. 2003
Hudak, C.M. 1999. Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C.
2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
and Suddarth Ed.8 Vol.3. EGC : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar