LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
A.
KONSEP DASAR PENYAKIT
- Definisi/Pengertian
·
Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat badan
kurang dari 2.500 gram pada saat lahir (Mitayani, 2009).
·
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat
lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah
berat bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004).
- Epidemiologi/Insiden
Kasus
Menurut WHO, prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan
15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering
terjadi di negara-negara berkembang atau social ekonomi rendah. Secara
statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan
angka kematiannya 35 kali lebih tinggi disbanding pada bayi dengan berat lahir
lebih dari 2.500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak
serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan.
Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah
lainnya,yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter
diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1%-17,2%. Secara nasional berdasarkan
analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih besar dari target
BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat
2010 yakni maksimal 7% (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004)
·
Amerika Serikat : premature murni (7,1 % orang kulit putih
dan 17, 9 % orang kulit berwarna) dan BBLR (6-16 %)
·
RSCM pada tahun 1986 sebesar 24 % angka kematian perinatal
dan 73 % disebabkan BBLR (Mitayani, 2009).
- Penyebab/Faktor
Predisposisi
Etiologi atau penyebab dari berat
badan lahir rendah maupun usia bayi belum sesuai dengan masa gestasinya adalah
sebagai berikut:
a.
Komplikasi Obstetri
1)
Multiple gestation
2)
Incompetence
3)
Pro (premature
rupture of membrane) dan korionitis
4)
Pregnancy Induce Hypertention (PIH)
5)
Plasenta previa
6)
Ada riwayat kelahiran prematur (Mitayani, 2009).
b.
Komplikasi Medis
1)
Diabetes maternal
2)
Hipertensi kronis
3)
Infeksi traktus urinarius (Mitayani, 2009).
c.
Faktor Ibu
1)
Penyakit : hal yang berhubungan dengan kehamilan
seperti toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan
psikologis, infeksi akut, serta kelainan kardiovaskular.
2)
Usia ibu : angka kejadian prematuritas tertinggi ialah
pada usia ibu dibawah 20 tahun dan multi gravid yang jarak kelahirannya terlalu
dekat. Kejadian terendah ialah pada usia 26 – 35 tahun.
3)
Keadaan sosial ekonomi : keadaan ini sangat
berpengaruh terhadap sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh
keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.
4)
Kondisi ibu saat hamil : peningkatan berat badan ibu
yang tidak adekuat dan ibu yang perokok., dan kelainan janin (Mitayani, 2009).
d.
Faktor Janin
1)
Cacat bawaan
2)
Infeksi dalam rahim (Mitayani, 2009).
e.
Faktor Kehamilan
1)
Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan
antepartum
2)
Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban
pecah dini (Mitayani, 2009).
f.
Faktor
Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi,
radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun (Sitohang NA. 2004).
- Patofisiologi
(Pathway terlampir)
- Klasifikasi
Ada dua golongan bayi berat badan
lahir rendah: (Mitayani, 2009)
a.
Prematuritas Murni
Yaitu bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang
dari 37 minggu dan berat badan bayi sesuai dengan gestasi atau yang disebut
neonates kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
b.
Bayi Small for Gestational Age (SGA)
Yaitu berat bayi lahir tidak sesuai dengan masa
kehamilan. SGA sendiri terdiri atas tiga jenis :
1)
Simetris (intranterus for gestational age)
Yaitu terjadi gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan
dalam jangka waktu yang lama.
2)
Asimetris (intrauterus growth retardation)
Yaitu terjadi deficit nutrisi pada fase akhir
kehamilan.
3)
Dismaturitas
Yaitu bayi yang lahir kurang dari berat badan yang
seharusnya untuk masa gestasi dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauteri serta merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.
Bayi berat lahir rendah dapat
juga dibagi menjadi 3 stadium: (Mitayani, 2009)
a.
Stadium I
Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulit
longgar, kering seperti permen karet, namun belum terdapat noda mekonium.
b.
Stadium II
Bila didapatkan tanda-tanda stadium I ditambah warna
kehijauan pada kulit, plasenta, dan umbilicus hal ini disebabkan oleh mekonium
yang tercampur dalam amnion kemudian mengendap ke dalam kulit, umbilikus dan
plasenta sebadfai akibat anoksia intrauterus.
c.
Stadium III
Ditemukan tanda stadium II ditambah kulit berwarna
kuning, demikian pula kuku dan tali pusat.
- Manifestasi
Klinis
Manifestasi klinis yang dapat
ditemukan pada bayi dengan berat badan lahir rendah adalah sebagai berikut:
(Mitayani, 2009)
a.
Berat badan kurang dari 2.500 gram.
b.
Panjang badan kurang dari 45 cm.
c.
Lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang
dari 33 cm.
d.
Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
e.
Kepala lebih besar dari tubuh.
f.
Kulit tipis, tansparan, lanigo banyak, dan lemak subkutan
amat sedikit.
g.
Osifikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura
lebar.
h.
Genetalia imatur, labia minora belum tertutup dengan
labia mayora.
i.
Tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga
elastisitas belum sempurna.
j.
Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernapasan
belum teratur, dan sering mendapat serangan apnea.
k.
Bayi lebih banyak tidur daripada bangun, reflek
mengisap dan menelan belum sempurna.
- Pemeriksaan
Diagnostik/Penunjang
a.
Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3,
netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah
lahir (menurun bila ada sepsis)
b.
Hematokri (Ht) : 43%-61% (peningkatan 65% atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukka anemia atau hemoragic
prenatal/perinatal)
c.
Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar yang lebih rendah
berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebihan)
d.
Bilirubin total : 6 mg/dl hari pertama kehidupan, 8
mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari
e.
Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam
pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari
ketiga
f.
Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan : normal untuk
analisa gas darah apabila kadar Pa O2 50-70 mmHg dan kadar PaCO2 35-45 mmHg dan
SaO2 92%-94%
g.
Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
h.
Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) : biasanya dalam
batas normal pada awalnya
i.
Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (misal : foto
thorax)
- Therapy/Tindakan
Penanganan
a.
Pastikan bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi
dengan kain lunak, kering, selimuti, dan gunakan topi untuk menghindari adanya
kehilangan panas.
b.
Awasi frekuensi pernapasan, terutama dalam 24 jam
pertama guna mengetahui sindrom aspirasi mekonium/sindrom gangguan pernapasan
idiopatik.
c.
Pantau suhu di sekitar bayi, jangan sampai bayi
kedinginan. Hal ini karena bayi BBLR mudah hipotermia akibat ulas dari
permukaan tubuh bayi relative lebih besar dari lemak subkutan.
d.
Motivasi ibu untuk menyusui dalam 1 jam pertama.
e.
Jika bayi haus, beri makanan dini (early feeding),
yang berguna untuk mencegah hipoglikemia.
f.
Jika bayi sianosis aatau sulit bernapas (frekuesi
kurang dari 30 atau lebih dari 60 kali permenit), tarik dinding dada ke dalam
dan merintih, beri oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong.
g.
Cegah infeksi karena rentan akibat pemindahan
immunoglobulin G (IgG) dari ibu ke janin terganggu.
h.
Periksa kadar gula darah setiap 8-12 jam (Mitayani, 2009).
Menurut (Ikatan Dokter Anak
Indonesia, 2004) penatalaksanaan/terapi yang bisa diberikan pada bayi dengan BBLR adalah:
a.
Medikamentosa
Pemberian vitamin K1:
·
Injeksi 1 mg IM
sekali pemberian, atau
·
Per oral 2 mg
sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan
umur 4-6 minggu)
b. Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai
masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian
sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi
dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu,
bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang
diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI
merupakan pilihan utama:
·
Apabila bayi
mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun,
perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang
sehari sekali.
·
Apabila bayi
sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari
berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan
keadaan bayi adalah sebagai berikut :
1)
Berat lahir 1750 – 2500 gram
- Bayi Sehat
-
Biarkan bayi
menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih
dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila
perlu.
-
Pantau
pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas menyusui.
Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan
salah satu alternatif cara pemberian minum.
- Bayi Sakit
-
Apabila bayi
dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum seperti pada
bayi sehat.
-
Apabila bayi
memerlukan cairan intravena:
1.
Berikan cairan
intravena hanya selama 24 jam pertama.
2.
Mulai berikan
minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil. Anjurkan
pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk
menyusu.
3.
Apabila masalah
sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan napas, kejang), berikan
ASI peras melalui pipa lambung :
§
Berikan cairan
IV dan ASI menurut umur
§
Berikan minum 8
kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah mendapat minum 160
ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali
minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi
menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau
tersedak.
2)
Berat lahir 1500-1749 gram
- Bayi Sehat
-
Berikan ASI
peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat diberikan
menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru
(batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan
pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk
atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan
waktu lebih dari 1 minggu)
-
Berikan minum 8
kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum
160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali
minum.
-
Apabila bayi
telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui
langsung.
- Bayi Sakit
-
Berikan cairan
intravena hanya selama 24 jam pertama
-
Beri ASI peras
dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV secara
perlahan.
-
Berikan minum 8
kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum
160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali
minum.
-
Lanjutkan
pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi sudah stabil
dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
-
Apabila bayi
telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui
langsung.
3)
Berat lahir 1250-1499 gram
- Bayi Sehat
-
Beri ASI peras
melalui pipa lambung
-
Beri minum 8
kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum
160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali
minum
-
Lanjutkan
pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
-
Apabila bayi
telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui
langsung.
- Bayi Sakit
-
Beri cairan
intravena hanya selama 24 jam pertama.
-
Beri ASI peras
melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan intravena secara
perlahan.
-
Beri minum 8
kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160
ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
-
Lanjutkan
pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
-
Apabila bayi
telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui
langsung.
4)
Berat lahir tidak tergantung kondisi
-
Berikan cairan
intravena hanya selama 48 jam pertama
-
Berikan ASI
melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian cairan
intravena secara perlahan.
-
Berikan minum
12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160
ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
-
Lanjutkan
pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
-
Apabila bayi
telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui
langsung.
- Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal :
(Ikatan Dokter Anak Indonesia,
2004)
·
Gunakan salah
satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak
kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau ruangan
hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
·
Jangan
memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
·
Ukur suhu tubuh
dengan berkala
·
Yang juga harus
diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :
·
Jaga dan pantau
patensi jalan napas
·
Pantau
kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
·
Bila terjadi
penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang, gangguan napas,
hiperbilirubinemia)
·
Berikan
dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
·
Anjurkan ibu
untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu berkunjung
setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.
- Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada
bayi berat badan lahir rendah adalah sebagai berikut : (Mitayani, 2009)
a.
Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan
bernapas pada bayi).
b.
Hipoglikemi simtomatik, terutama pada laki-laki.
c.
Penyakit membrane hialin : disebabkan karena surfaktan
paru belum sempurna/cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan
inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu
dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk pernapasan berikutnya.
d.
Asfiksia neonatorum.
e.
Hiperbilirubinemia.
a.
Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia,
hal ini mungkin disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati.
- Penyakit
yang Mungkin Muncul
Penyakit yang dapat menyertai
bayi dengan berat badan lahir rendah adalah sebagai berikut : (Mitayani, 2009)
a.
Sindrom gangguan pernapasan idiopatik, disebut juga
penyakit membrane hialin yang melapisi alveolus paru.
b.
Pnemonia aspirasi, sering ditemukan pada premature
karena reflek menelan dan batuk belum sempurna. Penyakit ini dapat dicegahdengan perawatan yang baik.
c.
Perdarahan intraventrikular. Perdarahan spontan pada
ventrikel otak lateral biasanya disebabkan oleh anoksia otak, biasanya terjadi
bersamaan dengan pembentukan membran hialin pada paru.
d.
Fibroplasia retinolental. Ditemukan pada bayi
premature disebabkan oksigen yang berlebihan.
e.
Hiperbibirubinemia karena kematangan hepar, sehingga
konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna.
- Prognosis
Pada saat ini harapan hidup bayi dengan berat 1501-2500 gram adalah 95%,
tetapi berat bayi kurang dari 1500 gram masih mempunyai angka kematian yang
tinggi. Kematian diduga karena displasia bronkhopulmonal,
enterokolistisnekrotikans, atau infeksi sekunder.
BBLR yang tidak mempunyai cacat bawaan selama 2 tahun pertama akan
mengalami pertumbuhan fisik yang mendekati bayi cukup bulan dengan berat sesuai
masa gestasi. Pada BBLR, makin imatur dan makin rendah berat lahir bayi, makin
besar kemungkinan terjadi kecerdasan berkurang dan gangguan neurologik.
- Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah
langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan: (Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI), 2004 ; 307-313)
a.
Meningkatkan
pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan
dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama
faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,
dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
b.
Penyuluhan
kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda
bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat
menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik
c.
Hendaknya ibu
dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun)
d.
Perlu dukungan
sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu
dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap
pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil
B.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
- Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan
oleh seorang perawat untuk mendapatkan data, baik objektif maupun subjektif
dari ibu adalah sebagai berikut :
a.
Riwayat Kesehatan Terdahulu
1)
Apakah ibu pernah mengalami sakit kronis
2)
Apakah ibu pernah mengalami gangguan pada kehamilan
sebelumnya, seperti infeksi/perdarahan antepartum, imaturitas, dan sebagainya
3)
Apakah ibu seorang perokok
4)
Jarak kehamilan atau kelahiran terlalu dekat
b.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Bayi dengan berat badan kurang
dari 2.500 gram
c.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah anggota keluarga pernah
mengalami sakit keturunan seperti kelaianan kardiovaskular
d.
Pengkajian Fisik
1)
Sirkulasi
·
Nadi apical mungkin cepat dan tidak teratur, dalam
batas normal 120-160 kali per menit
·
Murmur jantung yang dapat didengar dapat menandakan
duktus arteriosus (PDA)
2)
Pernapasan
·
Mungkin dangkal, tidak teratur, dan pernapasan
diafragmatik intermiten atau periodic (40-60 kali per menit)
·
Pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal atau
substernal, juga derajat sianosis yang mungkin ada
·
Adanya bunyi ampela pada auskultasi, menadakan sindrom
distress pernapasan (RDS)
3)
Neurosensori
·
Sutura tengkorak dan fontanel tampak melebar,
penonjolan karena ketidakadekuatan pertumbuhan tulang mungkin terlihat
·
Kepala kecil dengan dahi menonjol, batang hidung
cekung, hidung pendek mencuat, bibir atas tipis, dan dagu maju
·
Tonus otot dapat tampak kencang dengan fleksi
ekstremitas bawah dan atas serta keterbatasan gerak
·
Pelebaran tampilan mata
4)
Makanan/cairan
·
Disproporsi berat badan dibandingkan dengan panjang
dan lingkar kepala
·
Kulit kering pecah-pecah dan terkelupas dan tidak
adanya jaringan subkutan
·
Penurunan massa otot, khususnya pada pipi, bokong, dan
paha
·
Ketidakstabilan metabolic dan hipoglikemi/hipokalsemia
5)
Keamanan
·
Suhu berfluktuasi dengan mudah
·
Tidak terdapat garis alur pada telapak tangan
·
Warna mekonium mungkin jelas pada jari tangan dan
dasar tali pusat dengan warna kehijauan
·
Menangis mungkin lemah
6)
Seksualitas
·
Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia
mayora dengan klitoris menonjol
·
Testis pria mungkin tidak turun, ruge mungkin banyak
atau tidak pada skrotum
e.
Pemeriksaan Diagnostik
1)
Jumlah darah lengkap : penurunan pada Hb/Ht mungkin
dihubungkan dengan anemia atau kehilangan darah
2)
Dektrosik : menyatakan hipoglikemi
3)
Analisa Gas Darah (AGD) : menentukan derakat keparahan
distress pernapasan bila ada
4)
Elektrolit serum : mengkaji adanya hipokalsemia
5)
Bilirubin : mungkin meningkat pada polisitemia
6)
Urinalisis : mengkaji hemostasis
7)
Jumlah trombosit : trombositopenia mungkin menyertai
sepsis
8)
EKG, EGG, USG, angiografi : defek kongenital atau komplikasi
- Diagnosa
Keperawatan yang Mungkin Muncul
a.
Ketidakefektifan
pola napas
berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan, keterbatasan perkembangan otot,
penurunan enregi atau kelelahan, dan ketidakseimbangan metabolik.
b.
Termoregulasi tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas
susunan saraf pusat (SSP) (pusat regulasi residu, penurunan
rasio massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak subkutan,
ketidakmampuan merasakan dingin atau berkeringat, cadangan metabolik buruk).
c.
Hipotermi berhubungan dengan evaporasi kulit di
lingkungan dingin, terpapar lingkungan dingin, kerusakan hipotalamus, dan
penurunan atau tidak mampu menggigil
d.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan
karena faktor biologi (reflek menelan belum sempurna), penurunan simpanan
nutrisi, imaturitas produksi enzim, dan otot abdominal lemah.
e.
Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan
volume cairan aktif (kulit tipis), usia dan berat ekstrem (premature < 2.500
gram), kurang lapisan lemak, ginjal imatur (kegagalan dalam mekanisme
pengaturan urine).
f.
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis
situasi, kurang pengetahuan (kelahiran bayi preterm dan/atau sakit), gangguan
proses kedekatan orang tua
g.
Risiko infeksi berhubungan dengan system imunitas
didapat tidak adekuat
h.
Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
faktor perkembangan, faktor imunologis
i.
PK Hipoglikemi
j.
PK Asidosis
- Rencana
Keperawatan
a.
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
imaturitas pusat pernapasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
enregi atau kelelahan, dan
ketidakseimbangan metabolik.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24
jam diharapkan pola napas menjadi efektif dengan kriteria hasil:
NOC
Label: Respiratory Status
·
Ekspirasi
tidak memanjang
·
Penggunaan
otot napas tambahan untuk bernapas (-)
·
Pernapasan
cuping hidung (-)
·
Dispnea
(-)
·
Orthopnea
(-)
·
Napas
pursed-lip (-)
·
Irama
napas regular
·
Frekuensi
pernapasan dalam rentang normal (30-60 x per menit)
·
Pernapasan
dada simetris
NIC
Label: Respiratory Monitoring
1)
Kaji
frekuensi dan pola pernapasan, perhatikan adanya apneu dan perubahan frekuensi
jantung.
Rasional:
membantu dalam membedakan periode perputaran pernapasan normal dari serangan
apnetik sejati, terutama sering terjadi pada gestasi minggu ke-30.
2)
Bersihkan jalan napas sesuai kebutuhan.
Rasional:
menghilangkan mucus yang menyumbat jalan napas.
3)
Posisikan
bayi pada abdomen atau posisi terlentang
dengan gulungan popok di bawah bahu
untuk menghasilkan hiperekstensi.
Rasional:
posisi ini memudahkan pernapasan dan menurunkan episode apnea, khususnya bila
ditemukan adanya hipoksia, asidosis metabolik, atau hiperkapnea.
4)
Tinjau
ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang dapat memperberat depresi
pernapasan pada bayi.
Rasional:
magnesium sulfat dan narkotik menekan pusat pernapasan dan aktivitas susunan
saraf pusat (SSP).
5) Pantau pemeriksaan laboratorium (misalnya : AGD, glukosa,
serum, elektrolit, kultur, dan kadar obat) sesuai indikasi.
Rasional:
hipoksia, asidosis metabolik, hiperkapnea, hipoglikemia, hipokalsemia, dan sepsis
dapat memperberat serangan apnetik.
6)
Berikan
oksigen sesuai indikasi.
Rasional:
perbaiki kadar oksigen dan kabondioksida dapt meningkatkan fungsi pernapasan.
7)
Berikan
obat-obatan sesuai indikasi, seperti berikut ini:
·
Natrium
bikaronat
Rasional
: memperbaiki asidosis.
·
Antibiotik
Rasional
: mengatasi infeksi pernapasan dan sepsis.
·
Aminopilin
Rasional
: dapat meningkatkan aktivitas pusat pernapasan dan menurunkan sensitivitas
terhadap CO2, menurunkan frekuensi apnea.
b.
Termoregulasi tidak efektif yang berhubungan dengan
imaturitas susunan saraf pusat (SSP) (pusat regulasi residu, penurunan rasio
massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak subkutan, ketidakmampuan
merasakan dingin atau berkeringat, cadangan metabolik buruk).
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam
diharapkan termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan
dengan kriteria hasil:
NOC Label: Thermoregulation
·
Suhu
tubuh dalam batas normal (35-37,3oC)
·
Frekuensi
napas dalam batas normal (30-60 x per menit)
·
Nadi
dalam rentang normal (120-140 x per menit)
·
Capillary
refill dalam batas norman (< 2 detik)
·
Menggigil
(-)
·
Kejang
(-)
·
Sianosis
(-)
·
Kemerahan
(-)
·
Pucat
(-)
NIC Label: Temperature Regulation
1)
Kaji
suhu dengan memeriksa suhu rectal pada awalnya, selanjutnya periksa suhu axial atau gunakan alat
thermostat dengan dasar terbuka dan penyebar hangat.
Rasional:
hipotermia membuat bayi cenderung merasa
stress karena dingin, penggunaan simpanan lemak tidak dapat diperbaharui bila
ada dan penurunan sensivitas untuk meningkatkan kadar CO2 atau
penurunan kadar O2.
2)
Tempatkan
bayi pada inkubator
atau dalam keadaan hangat.
Rasional:
mempertahankan lingkungan termonetral, membantu mencegah stress karena dingin.
3)
Pantau
sistem pengatur suhu, penyebar hangat (pertahankan batas atas pada 98,6oF, bergantung pada ukuran dan usia bayi ).
Rasional:
hipertemia dengan peningkatan laju metabolisme kebutuhan oksigen dan glukosa serta kehilangan air dapat
terjadi bila suhu lingkungan yang terlalu tinggi.
4)
Kajian
haluaran dan berat jenis urine.
Rasional:
penurunan keluaran dan peningktan berat jenis urine dihubungkan dengan
penurunan perfusi ginjal selama periode stress karena dingin.
5)
Pantau
penambahan berat badan berturut-turut. Bila pertambahan berat badan tidak
adekuat, tingkatkan suhu lingkungan sesuai indikasi.
Rasional
: ketidakadekuatan penambahan berat badan meskipun masukan kalori adekuat dapat
menandakan bahwa kalori digunakan untuk mempertahankan suhu lingkungan tubuh,
sehingga memerlukan peningkatan suhu lingkungan.
6)
Perhatikan
perkembangan takikardi, warna kemerahan, diaphoresis letargi, apnea, atau
aktivitas kejang.
Rasional
: tanda-tanda hipertemia ini dapat berlanjut pada kerusakan otak bila tidak
teratasi.
7)
Berikan
obat-obatan sesuai dengan indikasi.
·
Fenobarbital
Rasional:
membantu mencegah kejang berkenaan dengan perubahan fungsi SSP yang disebabkan
hipertemia.
·
Natrium
bikarbonat
Rasional:
memperbaiki asidosis yang dapat terjadi pada hipotermia dan hipertermia.
c.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan
karena faktor biologi (reflek menelan belum sempurna), penurunan simpanan
nutrisi, imaturitas produksi enzim, dan otot abdominal lemah.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….x 24
jam diharapkan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan dengan kriteria
hasil:
NOC
Label: Nutritional Status
·
Mempertahankan
pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva normal dengan penambahan
berat badan tetap, sedikitnya 20-30 gram/hari.
·
Melaporkan
makan adekuat.
NOC
Label: Gastrointestinal Function
·
Konjungtiva
dan membran mukosa merah muda.
·
Suara
usus dalam batas normal (5-15 x per menit).
·
Kram
abdominal (-).
·
Diare
(-).
NIC
Label: Nutritional Monitoring
1)
Kaji
maturitas reflek berkenaan dengan pemberian makan (misalnya : mengisap,
menelan, dan batuk).
Rasional:
menentukan metode pemberian makan yang tepat untuk bayi.
2)
Auskultasi
adanya bising usus, kaji status fisik, dan status pernapasan.
Rasional
: pemberian makan pertama pada bayi dengan peristaltik stabil dapat dimulai 6-12 jam setelah kelahiran. Bila distress
pernapasan ada, cairan parenteral diindikasikan dan cairan per oral harus
ditunda.
3)
Kaji
berat badan dengan menimbang berat badan setia hari, kemudian dokumentasikan
pada grafik pertumbuhan bayi.
Rasional:
mengidentifikasikan adanya risiko derajat dan risiko terhadap pola pertumbuhan.
Bayi SGA dengan kelebihan cairan ektrasel kemungkinan kehilangan 15% BB lahir.
BAyi SGA mungkin telah mengalami penurunan berat badan dalam uterus atau
mengalami penurunan simpanan lemak/glikogen.
4)
Pantau
masukan dan pengeluaran. Hitung konsumsi kalori dan elektrolit setiap hari.
Rasional:
memberikan informasi tentang masukan aktual dalam hubungannya dengan perkiraan kebutuhan untuk
digunakan dalam penyesuaian diet.
5)
Kaji
tingkat dehidrasi, perhatikan fontanel, turgor kulit, berat jenis urine, kondisi
membran mukosa, dan fluktuasi berat badan.
Rasional:
peningkatan kebutuhan metabolik dari bayi SGA dapat meningkatkan kebutuhan cairan.
Keadaan bayi hiperglikemi dapat menyebabkan dieresis pada bayi. Pemberian
cairan intravena mungkin diperlukan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan,
tetapi harus dengan hati-hati ditangani untuk menghindari kelebihan cairan.
6)
Kaji
tanda-tanda hipoglikemia : takipnea dan pernapasan tidak teratur, apnea,
letargi, fluktuasi suhu, dan diaphoresis. Pemberian makan buruk, gugup,
menangis nada tinggi, gemetar, mata terbalik, dan aktivitas kejang.
Rasional
: karena glukosa adalah sumber utama dari bahan bakar untuk otak, kekurangannya
dapat menyebabkan kerusakan SSP permanen. Hipoglikemi secar bermakna
meningkatkan mobilitas dan mortalitas serta efek berat yang lama bergantung
pada durasi masing-masing episode.
7)
Pantau
pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.
·
Glukosa
serum
Rasional:
hipoglikemi dapat terjadi pada awal 3 jam lahir bayi SGA saat cadangan
glikogen dengan cepat berkurang dan
glukoneogenesis tidak adekuat karena penurunan simpanan protein obat dan lemak.
·
Nitrogen
urea daran, keratin, osmolaritas serum/urin, elektrolit urine.
Rasional:
mendeteksi perubahan fungsi ginjal berhubungan dengan penurunan simpanan nutrient dan
kadar cairan akibat malnutrisi.
8)
Berikan
suplemen elektrolit sesuai indikasi : misalnya kalsium glukonat 10%.
Rasional: ketidakstabilan metabolik pada bayi SGA/LGA memerlukan suplemen untuk
mempertahankan homeostasis.
- Evaluasi
a)
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
imaturitas pusat pernapasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
enregi atau kelelahan, dan
ketidakseimbangan metabolik.
·
Ekspirasi
tidak memanjang
·
Penggunaan
otot napas tambahan untuk bernapas (-)
·
Pernapasan
cuping hidung (-)
·
Dispnea
(-)
·
Orthopnea
(-)
·
Napas
pursed-lip (-)
·
Irama
napas regular
·
Frekuensi
pernapasan dalam rentang normal (30-60 x per menit)
·
Pernapasan
dada simetris
b)
Termoregulasi tidak efektif yang berhubungan dengan
imaturitas susunan saraf pusat (SSP) (pusat regulasi residu, penurunan rasio
massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak subkutan, ketidakmampuan
merasakan dingin atau berkeringat, cadangan metabolik buruk).
·
Suhu
tubuh dalam batas normal (35-37,3oC)
·
Frekuensi
napas dalam batas normal (30-60 x per menit)
·
Nadi
dalam rentang normal (120-140 x per menit)
·
Capillary
refill dalam batas norman (< 2 detik)
·
Menggigil
(-)
·
Kejang
(-)
·
Sianosis
(-)
·
Kemerahan
(-)
·
Pucat
(-)
c)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan
karena faktor biologi (reflek menelan belum sempurna), penurunan simpanan
nutrisi, imaturitas produksi enzim, dan otot abdominal lemah.
·
Mempertahankan
pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva normal dengan penambahan
berat badan tetap, sedikitnya 20-30 gram/hari.
·
Melaporkan
makan adekuat.
·
Konjungtiva
dan membran mukosa merah muda.
·
Suara
usus dalam batas normal (5-15 x per menit).
·
Kram
abdominal (-).
·
Diare
(-).
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Santosa. 2006. Panduan Diagnosa
Keperawatan Nanda 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Dochterman, Joanne M., Gloria N.
Bulecheck. 2004. Nursing Interventions
Classifications (NIC) Fourth Edition. Missouri: Mosby Elsevier.
Doengoes, dkk. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2004.
Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar Pelayanan
Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan
Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Moorhed, Sue, Marion Jhonson,
Meridean L. Mass, dan Elizabeth Swanson. 2008. Nursing Outcomes Classifications (NOC) Fourth Edition. Missouri:
Mosby Elsevier.
NANDA International. 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Setyowati, T. 2003. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah (Analisa data SDKI 1994). (online), Badan Litbang Kesehatan, http://www.digilib.litbang.depkes.go.id, diakses tanggal 14 Juli 2013.
Sitohang, NA. 2004. Asuhan Keperawatan pada Bayi Berat Lahir Rendah. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Suradi, R. 2006. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Melihat Situasi dan Kondisi Bayi. (online), http://www.IDAI.or.id, diakses tanggal 14
Juli 2013.
United Nations Children’s Fund/World Health
Organization. 2004. Low
Birthweight. (Online), UNICEF, New York, http://www.childinfo.org/areas/birthweight.htm, diakses tanggal 15
Juli 2013.
World Health Organization (WHO). 2007.
Development of A Strategy Towards Promoting Optimal Fetal Growth. (Online), http://www.who.int/nutrition/topics/feto_maternal/ en.html, diakses tanggal 15 Juli 2013.
YANG MINAT DENGAN PATHWAY SILAHKAN PM: aditanaya24@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar