Klik Dolar

Klik dan Dapatkan Dollar

Jumat, 08 November 2013


LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

A.    KONSEP DASAR PENYAKIT
  1. Definisi/Pengertian
·         Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram pada saat lahir (Mitayani, 2009).
·         Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004).

  1. Epidemiologi/Insiden Kasus
Menurut WHO, prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau social ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi disbanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2.500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya,yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1%-17,2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004)
·         Amerika Serikat : premature murni (7,1 % orang kulit putih dan 17, 9 % orang kulit berwarna) dan BBLR (6-16 %)
·         RSCM pada tahun 1986 sebesar 24 % angka kematian perinatal dan 73 % disebabkan BBLR (Mitayani, 2009).

  1. Penyebab/Faktor Predisposisi
Etiologi atau penyebab dari berat badan lahir rendah maupun usia bayi belum sesuai dengan masa gestasinya adalah sebagai berikut:
a.       Komplikasi Obstetri
1)      Multiple gestation
2)      Incompetence
3)      Pro (premature rupture of membrane) dan korionitis
4)      Pregnancy Induce Hypertention (PIH)
5)      Plasenta previa
6)      Ada riwayat kelahiran prematur (Mitayani, 2009).
b.      Komplikasi Medis
1)      Diabetes maternal
2)      Hipertensi kronis
3)      Infeksi traktus urinarius (Mitayani, 2009).
c.       Faktor Ibu
1)      Penyakit : hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, infeksi akut, serta kelainan kardiovaskular.
2)      Usia ibu : angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20 tahun dan multi gravid yang jarak kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia 26 – 35 tahun.
3)      Keadaan sosial ekonomi : keadaan ini sangat berpengaruh terhadap sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.
4)      Kondisi ibu saat hamil : peningkatan berat badan ibu yang tidak adekuat dan ibu yang perokok., dan kelainan janin (Mitayani, 2009).
d.      Faktor Janin
1)      Cacat bawaan
2)      Infeksi dalam rahim (Mitayani, 2009).
e.       Faktor Kehamilan
1)      Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
2)      Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini (Mitayani, 2009).

f.       Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun (Sitohang NA. 2004).

  1. Patofisiologi
(Pathway terlampir)

  1. Klasifikasi
Ada dua golongan bayi berat badan lahir rendah: (Mitayani, 2009)
a.       Prematuritas Murni
Yaitu bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan bayi sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonates kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan  (NKB-SMK).
b.      Bayi Small for Gestational Age (SGA)
Yaitu berat bayi lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA sendiri terdiri atas tiga jenis :
1)      Simetris (intranterus for gestational age)
Yaitu terjadi gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu yang lama.
2)      Asimetris (intrauterus growth retardation)
Yaitu terjadi deficit nutrisi pada fase akhir kehamilan.
3)      Dismaturitas
Yaitu bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa gestasi dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri serta merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.
Bayi berat lahir rendah dapat juga dibagi menjadi 3 stadium: (Mitayani, 2009)
a.       Stadium I
Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulit longgar, kering seperti permen karet, namun belum terdapat noda mekonium.
b.      Stadium II
Bila didapatkan tanda-tanda stadium I ditambah warna kehijauan pada kulit, plasenta, dan umbilicus hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur dalam amnion kemudian mengendap ke dalam kulit, umbilikus dan plasenta sebadfai akibat anoksia intrauterus.
c.       Stadium III
Ditemukan tanda stadium II ditambah kulit berwarna kuning, demikian pula kuku dan tali pusat.

  1. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada bayi dengan berat badan lahir rendah adalah sebagai berikut: (Mitayani, 2009)
a.       Berat badan kurang dari 2.500 gram.
b.      Panjang badan kurang dari 45 cm.
c.       Lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm.
d.      Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
e.       Kepala lebih besar dari tubuh.
f.       Kulit tipis, tansparan, lanigo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit.
g.      Osifikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
h.      Genetalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia mayora.
i.        Tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas belum sempurna.
j.        Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernapasan belum teratur, dan sering mendapat serangan apnea.
k.      Bayi lebih banyak tidur daripada bangun, reflek mengisap dan menelan belum sempurna.

  1. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a.       Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis)
b.      Hematokri (Ht) : 43%-61% (peningkatan 65% atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukka anemia atau hemoragic prenatal/perinatal)
c.       Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar yang lebih rendah berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebihan)
d.      Bilirubin total : 6 mg/dl hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari
e.       Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga
f.       Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan : normal untuk analisa gas darah apabila kadar Pa O2 50-70 mmHg dan kadar PaCO2 35-45 mmHg dan SaO2 92%-94%
g.      Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
h.      Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) : biasanya dalam batas normal pada awalnya
i.        Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (misal : foto thorax)

  1. Therapy/Tindakan Penanganan
a.       Pastikan bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimuti, dan gunakan topi untuk menghindari adanya kehilangan panas.
b.      Awasi frekuensi pernapasan, terutama dalam 24 jam pertama guna mengetahui sindrom aspirasi mekonium/sindrom gangguan pernapasan idiopatik.
c.       Pantau suhu di sekitar bayi, jangan sampai bayi kedinginan. Hal ini karena bayi BBLR mudah hipotermia akibat ulas dari permukaan tubuh bayi relative lebih besar dari lemak subkutan.
d.      Motivasi ibu untuk menyusui dalam 1 jam pertama.
e.       Jika bayi haus, beri makanan dini (early feeding), yang berguna untuk mencegah hipoglikemia.
f.       Jika bayi sianosis aatau sulit bernapas (frekuesi kurang dari 30 atau lebih dari 60 kali permenit), tarik dinding dada ke dalam dan merintih, beri oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong.
g.      Cegah infeksi karena rentan akibat pemindahan immunoglobulin G (IgG) dari ibu ke janin terganggu.
h.      Periksa kadar gula darah setiap 8-12 jam (Mitayani, 2009).
Menurut (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004) penatalaksanaan/terapi yang bisa diberikan pada bayi dengan BBLR adalah:
a.       Medikamentosa
Pemberian vitamin K1:
·         Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
·         Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)
b.      Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama:
·         Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
·         Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut :
1)      Berat lahir 1750 – 2500 gram
  • Bayi Sehat
-     Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu.
-     Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
  • Bayi Sakit
-     Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat.
-     Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
1.      Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
2.      Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu.
3.      Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan napas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :
§  Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
§  Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
2)      Berat lahir 1500-1749 gram
  • Bayi Sehat
-     Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)
-     Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
-     Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
  • Bayi Sakit
-     Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
-     Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV secara perlahan.
-     Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
-     Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
-     Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.

3)      Berat lahir 1250-1499 gram
  • Bayi Sehat
-     Beri ASI peras melalui pipa lambung
-     Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
-     Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
-     Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
  • Bayi Sakit
-     Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
-     Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan intravena secara perlahan.
-     Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
-     Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
-     Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
4)      Berat lahir tidak tergantung kondisi
-        Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
-        Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian cairan intravena secara perlahan.
-        Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
-        Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
-        Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
  1. Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal : (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004)
·         Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
·         Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
·         Ukur suhu tubuh dengan berkala
·         Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :
·         Jaga dan pantau patensi jalan napas
·         Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
·         Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang, gangguan napas, hiperbilirubinemia)
·         Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
·         Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

  1. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi berat badan lahir rendah adalah sebagai berikut : (Mitayani, 2009)
a.       Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi).
b.      Hipoglikemi simtomatik, terutama pada laki-laki.
c.       Penyakit membrane hialin : disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna/cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk pernapasan berikutnya.
d.      Asfiksia neonatorum.
e.       Hiperbilirubinemia.
a.       Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia, hal ini mungkin disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati.

  1. Penyakit yang Mungkin Muncul
Penyakit yang dapat menyertai bayi dengan berat badan lahir rendah adalah sebagai berikut : (Mitayani, 2009)
a.       Sindrom gangguan pernapasan idiopatik, disebut juga penyakit membrane hialin yang melapisi alveolus paru.
b.      Pnemonia aspirasi, sering ditemukan pada premature karena reflek menelan dan batuk belum sempurna. Penyakit ini  dapat dicegahdengan perawatan yang baik.
c.       Perdarahan intraventrikular. Perdarahan spontan pada ventrikel otak lateral biasanya disebabkan oleh anoksia otak, biasanya terjadi bersamaan dengan pembentukan membran hialin pada paru.
d.      Fibroplasia retinolental. Ditemukan pada bayi premature disebabkan oksigen yang berlebihan.
e.       Hiperbibirubinemia karena kematangan hepar, sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna.

  1. Prognosis
Pada saat ini harapan hidup bayi dengan berat 1501-2500 gram adalah 95%, tetapi berat bayi kurang dari 1500 gram masih mempunyai angka kematian yang tinggi. Kematian diduga karena displasia bronkhopulmonal, enterokolistisnekrotikans, atau infeksi sekunder.
BBLR yang tidak mempunyai cacat bawaan selama 2 tahun pertama akan mengalami pertumbuhan fisik yang mendekati bayi cukup bulan dengan berat sesuai masa gestasi. Pada BBLR, makin imatur dan makin rendah berat lahir bayi, makin besar kemungkinan terjadi kecerdasan berkurang dan gangguan neurologik.

  1. Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan: (Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2004 ; 307-313)
a.       Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
b.      Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik
c.       Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun)
d.      Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil

B.     KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
  1. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan oleh seorang perawat untuk mendapatkan data, baik objektif maupun subjektif dari ibu adalah sebagai berikut :
a.       Riwayat Kesehatan Terdahulu
1)      Apakah ibu pernah mengalami sakit kronis
2)      Apakah ibu pernah mengalami gangguan pada kehamilan sebelumnya, seperti infeksi/perdarahan antepartum, imaturitas, dan sebagainya
3)      Apakah ibu seorang perokok
4)      Jarak kehamilan atau kelahiran terlalu dekat
b.      Riwayat Kesehatan Sekarang
Bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram
c.       Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah anggota keluarga pernah mengalami sakit keturunan seperti kelaianan kardiovaskular
d.      Pengkajian Fisik
1)      Sirkulasi
·         Nadi apical mungkin cepat dan tidak teratur, dalam batas normal 120-160 kali per menit
·         Murmur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktus arteriosus (PDA)
2)      Pernapasan
·         Mungkin dangkal, tidak teratur, dan pernapasan diafragmatik intermiten atau periodic (40-60 kali per menit)
·         Pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal atau substernal, juga derajat sianosis yang mungkin ada
·         Adanya bunyi ampela pada auskultasi, menadakan sindrom distress pernapasan (RDS)
3)      Neurosensori
·         Sutura tengkorak dan fontanel tampak melebar, penonjolan karena ketidakadekuatan pertumbuhan tulang mungkin terlihat
·         Kepala kecil dengan dahi menonjol, batang hidung cekung, hidung pendek mencuat, bibir atas tipis, dan dagu maju
·         Tonus otot dapat tampak kencang dengan fleksi ekstremitas bawah dan atas serta keterbatasan gerak
·         Pelebaran tampilan mata
4)      Makanan/cairan
·         Disproporsi berat badan dibandingkan dengan panjang dan lingkar kepala
·         Kulit kering pecah-pecah dan terkelupas dan tidak adanya jaringan subkutan
·         Penurunan massa otot, khususnya pada pipi, bokong, dan paha
·         Ketidakstabilan metabolic dan hipoglikemi/hipokalsemia
5)      Keamanan
·         Suhu berfluktuasi dengan mudah
·         Tidak terdapat garis alur pada telapak tangan
·         Warna mekonium mungkin jelas pada jari tangan dan dasar tali pusat dengan warna kehijauan
·         Menangis mungkin lemah
6)      Seksualitas
·         Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora dengan klitoris menonjol
·         Testis pria mungkin tidak turun, ruge mungkin banyak atau tidak pada skrotum
e.       Pemeriksaan Diagnostik
1)      Jumlah darah lengkap : penurunan pada Hb/Ht mungkin dihubungkan dengan anemia atau kehilangan darah
2)      Dektrosik : menyatakan hipoglikemi
3)      Analisa Gas Darah (AGD) : menentukan derakat keparahan distress pernapasan bila ada
4)      Elektrolit serum : mengkaji adanya hipokalsemia
5)      Bilirubin : mungkin meningkat pada polisitemia
6)      Urinalisis : mengkaji hemostasis
7)      Jumlah trombosit : trombositopenia mungkin menyertai sepsis
8)      EKG, EGG, USG, angiografi : defek kongenital atau komplikasi

  1. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
a.       Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan enregi atau kelelahan, dan ketidakseimbangan metabolik.
b.      Termoregulasi tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas susunan saraf pusat (SSP) (pusat regulasi residu, penurunan rasio massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak subkutan, ketidakmampuan merasakan dingin atau berkeringat, cadangan metabolik buruk).
c.       Hipotermi berhubungan dengan evaporasi kulit di lingkungan dingin, terpapar lingkungan dingin, kerusakan hipotalamus, dan penurunan atau tidak mampu menggigil
d.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologi (reflek menelan belum sempurna), penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, dan otot abdominal lemah.
e.       Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif (kulit tipis), usia dan berat ekstrem (premature < 2.500 gram), kurang lapisan lemak, ginjal imatur (kegagalan dalam mekanisme pengaturan urine).
f.       Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang pengetahuan (kelahiran bayi preterm dan/atau sakit), gangguan proses kedekatan orang tua
g.      Risiko infeksi berhubungan dengan system imunitas didapat tidak adekuat
h.      Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor perkembangan, faktor imunologis
i.        PK Hipoglikemi
j.        PK Asidosis


  1. Rencana Keperawatan
a.       Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan enregi  atau kelelahan, dan ketidakseimbangan metabolik.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan pola napas menjadi efektif dengan kriteria hasil:
NOC Label: Respiratory Status
·      Ekspirasi tidak memanjang
·      Penggunaan otot napas tambahan untuk bernapas (-)
·      Pernapasan cuping hidung (-)
·      Dispnea (-)
·      Orthopnea (-)
·      Napas pursed-lip (-)
·      Irama napas regular
·      Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (30-60 x per menit)
·      Pernapasan dada simetris
NIC Label: Respiratory Monitoring
1)      Kaji frekuensi dan pola pernapasan, perhatikan adanya apneu dan perubahan frekuensi jantung.
Rasional: membantu dalam membedakan periode perputaran pernapasan normal dari serangan apnetik sejati, terutama sering terjadi pada gestasi minggu ke-30.
2)      Bersihkan jalan napas sesuai kebutuhan.
Rasional: menghilangkan mucus yang menyumbat jalan napas.
3)      Posisikan bayi  pada abdomen atau posisi terlentang dengan  gulungan popok di bawah bahu untuk menghasilkan hiperekstensi.
Rasional: posisi ini memudahkan pernapasan dan menurunkan episode apnea, khususnya bila ditemukan adanya hipoksia, asidosis metabolik, atau hiperkapnea.
4)      Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang dapat memperberat depresi pernapasan pada bayi.
Rasional: magnesium sulfat dan narkotik menekan pusat pernapasan dan aktivitas susunan saraf pusat (SSP).

5)      Pantau pemeriksaan laboratorium (misalnya : AGD, glukosa, serum, elektrolit, kultur, dan kadar obat) sesuai indikasi.
Rasional: hipoksia, asidosis metabolik, hiperkapnea, hipoglikemia, hipokalsemia, dan sepsis dapat memperberat serangan apnetik.
6)      Berikan oksigen sesuai indikasi.
Rasional: perbaiki kadar oksigen dan kabondioksida dapt meningkatkan fungsi pernapasan.
7)      Berikan obat-obatan sesuai indikasi, seperti berikut ini:
·      Natrium bikaronat
Rasional : memperbaiki asidosis.
·      Antibiotik
Rasional : mengatasi infeksi pernapasan dan sepsis.
·      Aminopilin
Rasional : dapat meningkatkan aktivitas pusat pernapasan dan menurunkan sensitivitas terhadap CO2, menurunkan frekuensi apnea.
b.      Termoregulasi tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas susunan saraf pusat (SSP) (pusat regulasi residu, penurunan rasio massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak subkutan, ketidakmampuan merasakan dingin atau berkeringat, cadangan metabolik buruk).
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan dengan kriteria hasil:
NOC Label: Thermoregulation
·         Suhu tubuh dalam batas normal (35-37,3oC)
·         Frekuensi napas dalam batas normal (30-60 x per menit)
·         Nadi dalam rentang normal (120-140 x per menit)
·         Capillary refill dalam batas norman (< 2 detik)
·         Menggigil (-)
·         Kejang (-)
·         Sianosis (-)
·         Kemerahan (-)
·         Pucat (-)

NIC Label: Temperature Regulation
1)      Kaji suhu dengan memeriksa suhu rectal pada awalnya, selanjutnya periksa suhu axial atau gunakan alat thermostat dengan dasar terbuka dan penyebar hangat.
Rasional: hipotermia  membuat bayi cenderung merasa stress karena dingin, penggunaan simpanan lemak tidak dapat diperbaharui bila ada dan penurunan sensivitas untuk meningkatkan kadar CO2 atau penurunan kadar O2.
2)      Tempatkan bayi pada inkubator atau dalam keadaan hangat.
Rasional: mempertahankan lingkungan termonetral, membantu mencegah stress karena dingin.
3)      Pantau sistem pengatur suhu, penyebar hangat (pertahankan batas atas pada 98,6oF, bergantung pada ukuran dan usia bayi ).
Rasional: hipertemia dengan peningkatan laju metabolisme kebutuhan oksigen dan glukosa serta kehilangan air dapat terjadi bila suhu lingkungan yang terlalu tinggi.
4)      Kajian haluaran dan berat jenis urine.
Rasional: penurunan keluaran dan peningktan berat jenis urine dihubungkan dengan penurunan perfusi ginjal selama periode stress karena dingin.
5)      Pantau penambahan berat badan berturut-turut. Bila pertambahan berat badan tidak adekuat, tingkatkan suhu lingkungan sesuai indikasi.
Rasional : ketidakadekuatan penambahan berat badan meskipun masukan kalori adekuat dapat menandakan bahwa kalori digunakan untuk mempertahankan suhu lingkungan tubuh, sehingga memerlukan peningkatan suhu lingkungan.
6)      Perhatikan perkembangan takikardi, warna kemerahan, diaphoresis letargi, apnea, atau aktivitas kejang.
Rasional : tanda-tanda hipertemia ini dapat berlanjut pada kerusakan otak bila tidak teratasi.
7)      Berikan obat-obatan sesuai dengan indikasi.
·         Fenobarbital
Rasional: membantu mencegah kejang berkenaan dengan perubahan fungsi SSP yang disebabkan hipertemia.
·         Natrium bikarbonat
Rasional: memperbaiki asidosis yang dapat terjadi pada hipotermia dan hipertermia.
c.       Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologi (reflek menelan belum sempurna), penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, dan otot abdominal lemah.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….x 24 jam diharapkan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan dengan kriteria hasil:
NOC Label: Nutritional Status
·         Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva normal dengan penambahan berat badan tetap, sedikitnya 20-30 gram/hari.
·         Melaporkan makan adekuat.
NOC Label: Gastrointestinal Function
·         Konjungtiva dan membran mukosa merah muda.
·         Suara usus dalam batas normal (5-15 x per menit).
·         Kram abdominal (-).
·         Diare (-).
NIC Label: Nutritional Monitoring
1)      Kaji maturitas reflek berkenaan dengan pemberian makan (misalnya : mengisap, menelan, dan batuk).
Rasional: menentukan metode pemberian makan yang tepat untuk bayi.
2)      Auskultasi adanya bising usus, kaji status fisik, dan status pernapasan.
Rasional : pemberian makan pertama pada bayi dengan peristaltik stabil dapat dimulai 6-12 jam setelah kelahiran. Bila distress pernapasan ada, cairan parenteral diindikasikan dan cairan per oral harus ditunda.
3)      Kaji berat badan dengan menimbang berat badan setia hari, kemudian dokumentasikan pada grafik pertumbuhan bayi.
Rasional: mengidentifikasikan adanya risiko derajat dan risiko terhadap pola pertumbuhan. Bayi SGA dengan kelebihan cairan ektrasel kemungkinan kehilangan 15% BB lahir. BAyi SGA mungkin telah mengalami penurunan berat badan dalam uterus atau mengalami penurunan simpanan lemak/glikogen.
4)      Pantau masukan dan pengeluaran. Hitung konsumsi kalori dan elektrolit setiap hari.
Rasional: memberikan informasi tentang masukan aktual dalam hubungannya dengan perkiraan kebutuhan untuk digunakan dalam penyesuaian diet.
5)      Kaji tingkat dehidrasi, perhatikan fontanel, turgor kulit, berat jenis urine, kondisi membran mukosa, dan fluktuasi berat badan.
Rasional: peningkatan kebutuhan metabolik dari bayi SGA dapat meningkatkan kebutuhan cairan. Keadaan bayi hiperglikemi dapat menyebabkan dieresis pada bayi. Pemberian cairan intravena mungkin diperlukan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan, tetapi harus dengan hati-hati ditangani untuk menghindari kelebihan cairan.
6)      Kaji tanda-tanda hipoglikemia : takipnea dan pernapasan tidak teratur, apnea, letargi, fluktuasi suhu, dan diaphoresis. Pemberian makan buruk, gugup, menangis nada tinggi, gemetar, mata terbalik, dan aktivitas kejang.
Rasional : karena glukosa adalah sumber utama dari bahan bakar untuk otak, kekurangannya dapat menyebabkan kerusakan SSP permanen. Hipoglikemi secar bermakna meningkatkan mobilitas dan mortalitas serta efek berat yang lama bergantung pada durasi masing-masing episode.
7)      Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.
·         Glukosa serum
Rasional: hipoglikemi dapat terjadi pada awal 3 jam lahir bayi SGA saat cadangan glikogen  dengan cepat berkurang dan glukoneogenesis tidak adekuat karena penurunan simpanan protein obat dan lemak.
·         Nitrogen urea daran, keratin, osmolaritas serum/urin, elektrolit urine.
Rasional: mendeteksi perubahan fungsi ginjal berhubungan dengan penurunan simpanan nutrient dan kadar cairan akibat malnutrisi.
8)      Berikan suplemen elektrolit sesuai indikasi : misalnya kalsium glukonat 10%.
Rasional: ketidakstabilan metabolik pada bayi SGA/LGA memerlukan suplemen untuk mempertahankan homeostasis.


  1. Evaluasi
a)      Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan enregi  atau kelelahan, dan ketidakseimbangan metabolik.
·      Ekspirasi tidak memanjang
·      Penggunaan otot napas tambahan untuk bernapas (-)
·      Pernapasan cuping hidung (-)
·      Dispnea (-)
·      Orthopnea (-)
·      Napas pursed-lip (-)
·      Irama napas regular
·      Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (30-60 x per menit)
·      Pernapasan dada simetris
b)      Termoregulasi tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas susunan saraf pusat (SSP) (pusat regulasi residu, penurunan rasio massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak subkutan, ketidakmampuan merasakan dingin atau berkeringat, cadangan metabolik buruk).
·      Suhu tubuh dalam batas normal (35-37,3oC)
·      Frekuensi napas dalam batas normal (30-60 x per menit)
·      Nadi dalam rentang normal (120-140 x per menit)
·      Capillary refill dalam batas norman (< 2 detik)
·      Menggigil (-)
·      Kejang (-)
·      Sianosis (-)
·      Kemerahan (-)
·      Pucat (-)
c)      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologi (reflek menelan belum sempurna), penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, dan otot abdominal lemah.
·      Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva normal dengan penambahan berat badan tetap, sedikitnya 20-30 gram/hari.
·      Melaporkan makan adekuat.
·      Konjungtiva dan membran mukosa merah muda.
·      Suara usus dalam batas normal (5-15 x per menit).
·      Kram abdominal (-).
·      Diare (-).



DAFTAR PUSTAKA

Budi, Santosa. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Dochterman, Joanne M., Gloria N. Bulecheck. 2004. Nursing Interventions Classifications (NIC) Fourth Edition. Missouri: Mosby Elsevier.
Doengoes, dkk. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2004. Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Moorhed, Sue, Marion Jhonson, Meridean L. Mass, dan Elizabeth Swanson. 2008. Nursing Outcomes Classifications (NOC) Fourth Edition. Missouri: Mosby Elsevier.
NANDA International. 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Setyowati, T. 2003. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah (Analisa data SDKI 1994). (online), Badan Litbang Kesehatan,  http://www.digilib.litbang.depkes.go.id, diakses tanggal 14 Juli 2013.
Sitohang, NA. 2004. Asuhan Keperawatan pada Bayi Berat Lahir Rendah. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Suradi, R. 2006. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Melihat Situasi dan Kondisi Bayi. (online), http://www.IDAI.or.id, diakses tanggal 14 Juli 2013.
United Nations Children’s Fund/World Health Organization. 2004. Low Birthweight. (Online), UNICEF, New York, http://www.childinfo.org/areas/birthweight.htm, diakses tanggal 15 Juli 2013.
World Health Organization (WHO). 2007. Development of A Strategy Towards Promoting Optimal Fetal Growth. (Online), http://www.who.int/nutrition/topics/feto_maternal/ en.html, diakses tanggal 15 Juli 2013.

YANG MINAT DENGAN PATHWAY SILAHKAN PM: aditanaya24@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar